Sabtu, 07 Januari 2017
"Some Memories to Remember": Melakukan critical appraisal jurnal meta analysis
"Some Memories to Remember": Melakukan critical appraisal jurnal meta analysis: Mengkaji kritis dengan cepat meta-analisis Clinical trials comparing norepinephrine with vasopressin in patients with septic shock:...
Melakukan critical appraisal jurnal meta analysis
Mengkaji kritis
dengan cepat meta-analisis
Clinical trials comparing norepinephrine with
vasopressin in patients with septic shock:
a meta-analysis
CRITICAL
APPRAISAL FARMAKOEKONOMI
Cost Effectiveness of Helicobacter pylori Eradication
Therapies in Patients with Duodenal Ulcer
Author : Gunnel R.
Tennvall, Anna Norinder, dan Bo Ohlin
Jurnal
Pharmacoeconomics 1999 September : 16 (3) 297-306
Telaah
kritis yang akan dilakukan adalah mengenai efektifitas biaya dari pengobatan
eradikasi infeksi H.pylori pada
pasien yang mengalami tukak di deodenal. Kajian farmakoekonomi yang digunakan adalah
analisis efektifitas-biaya (AEB) dengan pertimbangan faktor klinis (efektivitas)
sekaligus faktor ekonomi (biaya) untuk membantu pemilihan obat rasional yang
memberikan tingkat kemanfaatan paling tinggi (Kemenkes RI, 2013). Telaah kritis
dalam bidang Ekonomi Kesehatan merupakan metode analisis yang digunakan untuk
analisis biaya dan konsekuensi dari dua
atau lebih alternatif intervensi dalam program kesehatan melibatkan
identifikasi, pengukuran, evaluasi, perbandingan biaya (Velickovic et al., 2015). Setiap ada beberapa pilihan terapi alternatif,
disarankan untuk menggunakan yang memadai dan terbukti secara analitik sebagai
intervensi yang terpilih dilihat dari efektifitas, efisiensi, dan efikasi obat
tersebut (Pharand, 2015).
Tujuan dari penelitian ini dinyatakan dengan jelas
dalam jurnal yaitu untuk menganalisis efektifitas biaya dari pengobatan
eradikasi infeksi H. pylori menggunakan
regimen kombinasi tiga obat yaitu obat penghambat pompa proton dan dua
antimikroba dibandingkan dengan regimen kombinasi dua obat yaitu penghambat
pompa proton dan satu antimikroba pada pasien yang mengalami tukak pada deodenal
akibat infeksi H.pylori sebagai
jawaban dari pertanyaan ekonomi kesehatan yaitu “Apakah alternatif pengobatan
tiga obat akan menghasilkan biaya yang lebih rendah untuk mengobati kekambuhan?
Apakah perbedaannya cukup besar untuk mengimbangi biaya penambahan
klaritromisin serta kemungkinan
peningkatan efek samping?”
Komponen biaya yang harus disertakan ditentukan oleh
perspektif penilaian yang dipilih dalam melakukan studi farmakoekonomi.
Penilaian dalam kajian farmakoekonomi dapat dilakukan dari perspektif yang
berbeda, diantaranya adalah perspektif masyarakat, kelembagaan, dan individu
(Kemenkes RI, 2013). Perspektif yang digunakan pada jurnal ini adalah dari segi
sosial mencakup biaya sistem perawatan kesehatan serta pertimbangan secara
keseluruhan dari pasien dan masyarakat yang telah dijelaskan pada halaman 299
pada bagian evaluasi ekonomi. Penelitian dilakukan pada masyarakat Swedia
dengan mengampil sampel dari 16 titik daerah tersebut. Penelitian ini merupakan
penelitian klinik karena melibatkan pasien yang dinyatakan sakit dengan
persetujuan dari komite klinik dari Deklarasi Helsinki telah dijelaskan dalam
jurnal. Terapi yang digunakan adalah regimen dua kombinasi obat dengan terapi
alternatif adalah regimen tiga kombinasi obat untuk pengobatan tukak deodenal
tersebut. Regimen tiga kombinasi yang diberikan adalah lansoprazol,
amoksisillin, klaritromisin (LAC), sedang regimen dua kombinasinya adalah
lansoprazol dan amoksisilin (LA) dan kombinasi omeprazole dan amoksisilin (OA).
Jadi ada tiga perbandingan terapi yang akan dilakukan evaluasi ekonomi.
Penelitian merupakan penelitian klinik dengan relevansi
klinik yang dibuktikan bahwa benar penggunaan eradikasi kombinasi dua obat
yaitu penghambat pompa proton dan antimikroba tunggal telah dapat digunakan
untuk mengatasi infeksi H.pylori (Labenz,
et al, 1993; Bell et al, 1995 dalam Tennvall et al, 1999). Penghambat pompa proton
yang digunakan adalah lansoprazol yang dikombinasi dengan antibiotik
amoksisilin dan klaritromisin merupakan terapi yang dapat digunakan untuk
mengobati infeksi H.pylori (Zweber
dan Berardi, 2006 dalam Sargo dan Arinton, 2014).
Infeksi H.pylori
didiagnosa menggunakan urea breath
test pada tukak duodenal yang telah dipastikan sebelumnya dengan endoskopi bagian
atas atau gastroduodenal x-ray dengan
barium contrast, sehingga pasien yang
digunakan sesuai yang terinfeksi H.pylori. Namun, tidak dijelaskan yang
termasuk kriteria inklusi dan kriteria ekslusi pemilihan pasien. Total awal ada
177 pasien termasuk didalamnya wanita dan pria yang berumur 22 sampai 80 tahun,
tetapi yang dievaluasi pada akhirnya adalah hanya 134 pasien. Selain itu
karakteristik demografi pasien tidak dijelaskan dalam jurnal tersebut, sehingga
kelompok pasien yang diteliti kurang representatif.
Terapi yang digunakan adalah regimen dua kombinasi
obat dengan terapi alternatif adalah regimen tiga kombinasi obat untuk
pengobatan tukak deodenal tersebut. Regimen tiga kombinasi yang diberikan
adalah lansoprazol, amoksisillin, klaritromisin (LAC), sedang regimen dua
kombinasinya adalah lansoprazol dan amoksisilin (LA) dan kombinasi omeprazole
dan amoksisilin (OA). Regimen terapi yang digunakan sudah tepat untuk
menyembuhkan infeksi tukak duodenal H.pylori.
Namun, dosis, interval, dan durasi pemakaian regimen terapi tidak
disebutkan dengan jelas sebagai terapinya.
Perspektif yang digunakan pada jurnal ini adalah
dari segi sosial mencakup biaya sistem perawatan kesehatan serta pertimbangan
secara keseluruhan dari pasien dan masyarakat yang telah jelas disebutkan.
Perspektif dibenarkan sesuai dengan tujuan penelitian. Biaya langsung yang
digunakan meliputi perawatan pasien, rawat jalan kunjungan ke dokter dan
perawat, panggilan telepon, obat dan biaya untuk treatmen terapi efek yang
merugikan dengan biaya transportasi telah dipertimbangkan. Biaya tidak langsung
yang dilibatkan adalah kehilangan produktifitas pasien ketika sakit atau
kejadian yang merugikan.
Tujuan akhir utama (end point) dari penelitian ini adalah pasien akhirnya memiliki urea breath test yang negatif. Selain
hasil yang diharapkan adalah berkurangnya kekambuhan, hilangnya gejala, tidak
adanya efek yang merugikan dan kekambuhan. Hasil diukur dalam 3 tahap follow-up dengan menggunakan kuisioner.
Pengukuran hasil tahap pertama (kunjungan kedua setelah treatment) dengan
mengukur urea breath test, jumlah pasien terapi LAC memiliki hasil paling
besar untuk urea breath test negative
dibanding terapi OA dan LA. Hal ini sebanding dengan pengukuran hilangnya
gejala dan kekambuhan yang dialami pasien, bahwa pasien LOA memiliki jumlah
yang besar pasien yang bebas dari gejala infeksi. Adverse event/kejadian yang
merugikan juga diperhitungkan untuk melihat efikasi dari regimen terapi,
hasilnya pasien dengan LOA ternyata banyak yang mengalami adverse event dibandingkan dengan terapi OA dan LA. Kemudian
pengukuran hasil selanjutnya, diukur kembali urea breath test. Pasien dengan
OA, ada 2 yang masih positif urea breath test. Pengukuran ketiga kembali
mengukur kekambuhan gejala pada 1 tahun follow up. Hasil yang penting dan
relevan telah diukur dalam batasan yang sesuai, menggunakan teknik yang tepat
sesuai dengan awal diagnose penyakit. Waktu yang digunakan untuk dapat melihat
kemanfaatan klinik dari penelitian sudah cukup memadai.
Perspektif yang digunakan pada jurnal ini adalah
dari segi sosial mencakup biaya sistem perawatan kesehatan serta pertimbangan
secara keseluruhan dari pasien dan masyarakat. Menurut buku Pedoman
Farmakoekonomi oleh Kemenkes RI, jenis biaya yang digunakan adalah biaya
langsung medis, biaya langsung non medis, dan biaya tidak langsung. Untuk
perspektif masyarakat, biaya langsung medis yang diperhitungkan adalah biaya
pelayanan kesehatan, biaya pelayanan kesehatan lainnya tanpa biaya cost sharing
pasien. Biaya langsung non medis yang digunakan adalah biaya transportasi dan
biaya pelayanan informal, sedangkan untuk biaya tidak langsung yang
diperhitungan adalah hilangnya produktivitas karena pasien sakit (Kemenkes RI,
2013). Perspektif tepat dan sejalan
dengan tujuan penelitian. Perhitungan biaya obat berdasarkan pada harga eceran
di Swedia dengan biaya rawat jalan dan rawat inap telah dikumpulkan dari
statistic resmi dengan asumsi peningkatan ditahun berikutnya sedang untuk biaya
tidak langsung (hilangnya produktifitas) didapat dari informasi tentang
distribusi pendapatan di Swedia tahun 1993. Perhitungan biaya tidak relevan
karena tidak sama dengan tahun penelitian Semua biaya telah teridentifikasi
dengan dibagi menjadi dua yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung
termasuk biaya rawat jalan (kunjungan ke dokter, kunjungan ke perawat, biaya
panggilan dokter dan perawat), biaya rawat inap, obat-obatan, dan transportasi.
Biaya tidak langsung adalah kehilangan produktifitas dari participant pria dan
wanita. Biaya modal serta biaya operasional tidak disebutkan dalam jurnal.
Biaya yang disebutkan dalam jurnal menggunakan mata uang dari Swedia dalam
Swedish kronor (SEK), sehingga tidak bisa diaplikasikan di Negara Indonesia,
hanya saja relevansi klinik bisa dipertimbangkan.
Discounting untuk biaya dan manfaat di masa yang
akan datang diperkirakan dengan kenaikan 1% tiap tahunnya untuk harga obat,
dinyatakan dalam jurnal. Namun, tidak diberikan justifikasi lebih lanjut
terhadap rate yang digunakan. Selain itu, penelitian ini dinyatakan oleh
penulis tidak bisa dijadikan acuan jika lebih dari 12 bulan, karena pengaruh
discounting yang tidak bisa diperkirakan.
Semua evaluasi ekonomi adalah pengukuran tidak pasti
karena menggunakan metode asumsi dan faktor variable lain, karena itu dilakukan
analisis sensitifitas untuk memastikan ketahanan (robustness) analisis hasil. Analisis sensitifitas dilakukan di
dalam penelitian ini. Data pasien yang telah menyelesaikan kuisioner dihitung
jelas dalam table 4, dijelaskan jumlah dan dianalisis pasien yang menyelesaikan
dan yang tidak menyelesaikan kuisioner. Dari pasien yang menyelesaikan
kuisioner, 14 tidak sembuh (8 pada LA, 4 pada OA, 1 pada LOA), dengan hasil
breath urea test yang tidak teridentifikasi adalah 3 orang. Dengan asumsi bahwa
3 pasien ini belum sembuh, maka biaya perpasien adalah sama dengan biaya
rata-rata pasien menyelesaikan kuisioner, dengan tambahan rasio efektifitas
biaya membandingkan LAC dengan LA dan OA tidak akan berubah. Kepatuhan yang
rendah akan memperngaruhi efektifitas terapi. Peneliti memperkirakan
efektifitas biaya terapi LAC dengan tingkat kesembuhan 90% dan tingkat
kekambuhan 10% selama tahun pertama pengobatan. Rasio efektifitas biaya
rata-rata masih menguntungkan untuk alternatif LAC. Sensitifitas analisis untuk
penelitian ini dilakukan, tetapi tidak dijelaskan lebih lanjut mengenai
hasilnya serta tidak dijelaskan pengaruh perubahan nilai dan justifikasi range
nilai yang dianalisis.
Menurut Newby dan Hill (2003) tipe analisis
farmakoekonomi dibagi menjadi : analisis minimalisasi biaya, analisis
efektivitas biaya, analisis utilitas biaya, dan analisis manfaat biaya. Dalam
penelitian ini, tipe analisis farmakoekonomi yang digunakan adalah analisis
efektifitas biaya (AEB). Analisis efektifitas biaya mempunyai karakteristik
analisis dengan efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil pengobatan diukur
dalam unit alamiah atau indicator kesehatan, dengan valuasi biaya dalam mata
uang (Newby dan Hill, 2003 dalam Pedoman Farmakoekonomi 2013). Tipe analisi
farmakoekonomi yang digunakan telah sesuai dengan penelitian.
Hasil penelitian dilaporkan secara jelas dan lengkap
mengenai hasil klinik dan ekonomi. Hasil untuk penelitian klinik menunjukkan
pada kunjungan pasca perawatan, ada 95 pasien yang dinyatakan sembuh, yaitu
pasien dengan test breat urea negative. Selain itu, 83 dari pasien juga
menyatakan bebas dari gejala atau tidak merasakan gejala kekambuhan pada
kunjungan setelah terapi. Hasil penelitian dilaporkan jelas untuk kunjungan
selanjutnya mengenai kondisi dan keadaan pasien disertai dengan adverse event yang dialami pasien selama
pengobatan. Untuk hasil ekonomi pertimbangan biaya untuk konsekuensi yang
berbeda dilakukan pada perhitungan biaya transportasi, karena kondisi pasien
berbeda untuk jarak dan jenis transportasi yang digunakan sehingga mempengaruhi
hasil penelitian.
Penulis secara lengkap membahas penelitiannya
mengenai asumsi dan keterbatasan yang dialami dalam penelitian tetapi tidak
disebutkan mengenai kemungkinan bias. Peneliti telah menyebutkan penelitian
sebelumnya tentang tukak lambung-duodenal, dengan ukuran hasil dan gejala
tertentu. Hasil pengukuran penelitian relevan pada kejadian yang sering kambuh
padahal sudah diobati. Implikasi klinik disebutkan mengenai pertimbangan
terjadinya resistensi ketika menggabungkan anti mikroba yang berbeda pada
kombinasi tiga obat. Resistensi akan menjadi suatu ancaman pada populasi besar,
tidak hanya pada suatu individu. Dampak secara ekonomi sulit diperhitungkan
pada masalah resistensi ini. Selain itu, dampak yang diperhitungkan adalah
kesukesan penyembuhan terapi akibat infeksi H.pylori
adalah penurunan resiko kanker lambung dan efektif bisa digunakan untuk
terapi pencegahan. Persoalan etik yang terkait dtidak dibahas hanya disebutkan
bahwa penelitian telah disetujui menurut komite etik Declaration of Helsinki.
Kesimpulan valid didasarkan atas hasil dan desain
penelitian yaitu terapi kombinasi tiga obat lebih efektif dalam hal biaya
daripada kombinasi dua obat pada terapi dengan tukak duodenal dikarenakan
infeksi H.pylori sehingga kesimpulan
dapat dijustifikasi. Saran yang disampaikan peneliti adalah untuk melakukan
penelitian farmakoekonomi untuk kombinasi tiga obat yang berbeda dari yang telah
disebutkan di penelitian ini untuk dibandingkan dan bisa digunakan untuk terapi
selama satu minggu.
Daftar Pustaka
Kementrian
Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta.
Tennvall,
G. R., Norinder, A., Ohlin, B., 1999. Cost Effectiveness of Helicobacter pylori Eradication
Therapies in Patients with Duodenal Ulcer. Pharmacoeconomics
16 (3): 297-306.
Pharand,
C., 2002. How to Evaluate Pharmacoeconomic Data: The Example of Enoxaparin in
Acute Coronary Syndromes. Can J Hosp
Pharm 55(2):114–22.
Sargo,
S. S., Arinton, I. G., 2014. Farmakoterapi
Asuhan Kefarmasian Obat pada Gangguan Saluran Makan. Airlangga University
Press. Jakarta.
Velickovic,
V., A. Visnjic, J. Mihajlovic. 2015. Quick References Guide for Critical
Appraisal of Economics Evaluations for Busy Decision Makers. Scientific Journal of The Faculty of
Medicine 32(1):23-30.
Langganan:
Postingan (Atom)